Pengertian Dan Elemen-Elemen Strategi

Strategi adalah istilah yang banyak didengar baik itu dalam kehidupan sehari-hari, dunia kerja, akademis maupun dunia bisnis. Lantas apa itu strategi?

Definisi strategi adalah suatu istilah yang sebenarnya sudah banyak digunakan pada saat ini baik itu di dunia bisnis, akademik maupun pada kehidupan sehari-hari. Bahkan istilah ini dilihat oleh para ahli sudah digunakan pada masa-masa peperangan sejak di Yunani.

Mengenal Elemen-Elemen Strategi
Gambar. Mengenal elemen-elemen strategi. Sumber. pixabay.com

Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan strategi, serta elemennya? Untuk itu pada pembahasan kali ini kita akan mencoba memahami pengertian strategi secara umum dan menguraikan elemen-elemen apa saja yang ada dalam suatu startegi.

Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategos, atau strategus dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal tetapi dalam Yunani Kuno sering berarti perwira negara (state officer) dengan fungsi yang luas. (Salusu, 2008). 

Pada abad ke-5 SM sudah dikenal adanya Board of Ten Strategy di Athena, mewakili 10 suku di Yunani. Hingga abad ke-5, kekuasaan politik terutama politik luar negeri dari kelompok strategi itu semakin meluas (Momigliano, 1967). Lama-kelamaan strategi memperoleh pengertian baru.

Dalam artian yang sempit, menurut Matloff (1967) strategi berarti the art of the general (seni jenderal). Memang, dalam zaman Yunani Kuno jenderal dianggap bertanggung jawab dalam suatu peperangan, kalah atau menang. Ia menguasai logistik dan sumber daya militer. 

Jelas bahwa seorang jenderal tidak hidup dalam isolasi, tetapi turut juga memberi perhatian pada prakiraan-prakiraan stratejik dari musuhnya, dari pasukannya, dan dari rekan rekannya sendiri. Dari sini kita bisa melihat istilah strategi berdasarkan penggunaan di masa peperangan.

Istilah strategi lalu muncul dengan nama baru grand strategy atau strategi tingkat tinggi, yang berarti seni memanfaatkan semua sumber daya suatu bangsa atau kelompok bangsa untuk mencapai sasaran perang dan damai (Matloff, 1967). 

Adapun beberapa pengertian strategi menurut para ahli yang lain akan diuraikan juga dala pembahasan ini, sebagaimana menurut  (Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. 

Selanjutnya Quinn (1999:10) mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan- tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. 

Elemen-Elemen Strategi

Dari pengertian strategi yang sudah dikemukakan di atas diharapkan dapat memberikan kita sedikit gambaran dalam memahami tentang strategi. Di sisi lain sebenarnya suatu strategi memilki beberapa elemen-elemen penting, dan ini cukup memberikan langkah lebih jauh dalam memahami tentang apa itu strategi? sebagaimana yang akan diuraiakan yaitu sebagai berikut:

  • Seni Situasional

Dalam masa transisi, dari militer ke organisasi, strategi dipandang sebagai suatu seni situasional, yaitu suatu keterampilan bagaimana seorang pejabat eksekutif mendesain keputusan yang didasarkan pada sumber daya organisasi, nilai-nilai manajerial, dan kemungkinan adanya peluang, tetapi juga tantangan dari lingkungan. 

Oleh karena itu, pada pertengahan abad ke-20 pembahasan tentang strategi mulai memperoleh perhatian dari berbagai penulis dan peneliti. Pengertian strategi, dengan demikian mulai menyentuh aspek yang penting dari organisasi, yaitu tujuan (goals) (Mc Donald, 1949).

  • Tujuan dan Sasaran 

Sebagai suatu isu, kata Cope, makna strategi mungkin pertama kali ditampilkan oleh Peter Drucker dalam tahun 1954 ketika ia mulai bertanya, "Apakah bisnis kita" (What is our business) dan "bagaimana seharusnya" (what should it be) (Cope, 1981), walaupun yang pertama kali merumuskannya adalah Chandler, Jr (1966).

Ketika itu Chandler mengatakan bahwa strategi dapat didefinisikan sebagai "penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut." 

Ada tiga komponen penting dalam definisi Chandler ini, yaitu adanya tujuan dan sasaran, adanya cara bertindak, dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan itu. Kenneth Andrews merasa kurang puas dengan definisi itu, lantas menggabungkannya dengan ide Drucker dalam satu definisi baru, "Strategi adalah pola tujuan atau sasaran, yang dinyatakan sedemikian rupa, yaitu yang menegaskan bisnis apa yang digeluti organisasi itu atau yang akan digeluti, dan macam apa atau akan seperti apa organisasi itu" (Cope, 1981).

  • Produk, Keunggulan Kompetitif

Lebih jauh dari itu, Ansoff (1965) memasukkan unsur baru dalam pengertian strategi ketika ia mengatakan bahwa strategi itu adalah produk/lingkup pasar, keunggulan kompetitif, dan sinergi. 

Hofer dan Schendel (1978) menambahkan lagi unsur pertimbangan geografis, "strategi mencakup ruang lingkup, yang dapat diartikan dalam kesesuaian produk atau pasar dengan wilayah geografis." Selain itu, disepakati juga pentingnya keunggulan kompetitif dan sinergi.

  • Pola Keputusan

Christensen, Andrews, dan Bower melihat pengertian strategi lebih tajam ketika menegaskan bahwa strategi itu sesungguhnya adalah pola keputusan di dalam suatu organisasi yang membentuk dan menampilkan tujuan dan sasaran dari organisasi itu. Ia melahirkan kebijaksanaan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tadi.

Semakin berkembang analisis terhadap strategi, semakin orang bertanya apakah sesungguhnya makna dari istilah itu. Shirley misalnya, yang mencoba mengumpulkan berbagai definisi, masih kurang puas karena kebanyakan penulis cenderung menunjuk saja pada cita-cita, tujuan, dan maksud dari aktivitas-aktivitas perusahaan (Shirley, 1978).

  • Kebijaksanaan dan Program

Dalam menampilkan berbagai definisi itu Shirley mengutip Brown yang mendefinisikan strategy sebagai "keseluruhan tindakan yang ditetapkan sebagai aturan dan yang direncanakan oleh suatu organisasi." 

Learned, Christensen, Andrews, dan Guth menganut pendekatan yang sama dengan mengatakan, "strategi adalah pola tujuan, maksud, sasaran, dan kebijaksanaan umum serta rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut."

Steiner dan Miner malahan menganut pandangan yang lebih luas dalam melihat gejala strategi, yaitu bahwa istilah itu tidak hanya menunjuk pada "misi, tujuan, dan sasaran organisasi yang mendasar," tetapi juga pada "strategi kebijaksanaan dan program" serta pada metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi itu dilaksanakan guna mencapai tujuan organisasi.

Mereka mencoba merumuskan strategi secara lebih spesifik sebagai "keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan yang keseluruhannya di perlukan untuk mencapai tujuan organisasi" (Shirley, 1978).

  • Destinasi

Dalam rumusan lain, Hatten dan Hatten (1988) melihat strategi sebagai suatu rute menuju ke tempat persinggahan terakhir. Sasaran itulah tempat perhentian. Menetapkan suatu tempat perhentian atau destinasi merupakan pilihan sasaran. Memilih rute melambangkan keputusan. 

Mengemudikan kendaraan sepanjang rute itu adalah pelaksanaan dari keputusan tersebut. Tujuan itu adalah penting, karena menunjuk pada apa yang ingin dicapai di waktu mendatang dan bukan menjelaskan apa yang terjadi saat ini. Itulah sebabnya tujuan dibedakan dari strategi, tetapi harus dilibatkan dalam perumusan strategi.

Steiss (1985) melihat strategi dari dua segi, yaitu dalam dunia bisnis strategi sering digunakan untuk menunjuk pada tindakan khusus yang dipakai oleh seorang manajer guna mengimbangi tindakan potensial yang diperkirakan akan muncul dari pesaing-pesaingnya. 

Dalam arti umum, berlaku sebaliknya, strategi organisasi adalah setiap langkah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran utama organisasi.

  • Sumber Daya dan Lingkungan 

Pengertian Schellenberger dan Boseman berikut ini-yang menambahkan elemen lain dalam definisi strategi-dianggap oleh Shirley sebagai yang paling mendekati, "manajemen strategi adalah suatu proses berkelanjutan yang mengaitkan secara efektif sasaran dan sumber daya organisasi terhadap peluang di dalam lingkungan." Shirley mengusulkan sebaiknya konsep strategi itu memusatkan perhatiannya pada hubungan organisasi dengan lingkungan.

Hal ini dipertegas oleh Ohmae (1982), yang sering dijuluki "Mr. Strategy" di Jepang, ketika mengatakan bahwa strategi sebenarnya tidak lain dari suatu rencana kerja untuk memaksimalkan kekuatan suatu pihak dalam menghadapi berbagai kekuatan di lingkungan usaha. 

Lingkungan ekstern itu haruslah diteliti dengan saksama, yaitu dengan memilih peluang yang tersedia untuk dapat meningkatkan peran serta sambil memperkecil kerugian-kerugian yang timbul dan yang mungkin timbul.

Dalam pembahasan tentang strategi, kelihatan bahwa faktor lingkungan telah dipandang sebagai faktor yang memainkan peranan penting dalam menjalankan organisasi tanpa mengingkari hubungannya dengan sumber daya organisasi itu sendiri. 

Tentang hal ini misalnya, ditegaskan oleh Summer bahwa strategy adalah suatu jaringan kebijaksanaan yang luas, komprehensif, dan holistik yang menggambarkan tentang produk barang dan jasa yang akan ditawarkan ke tengah masyarakat; kebijaksanaan itu secara logis berkaitan dengan jaringan sumber daya dalam organisasi yang diperlukan untuk menghasilkan produk barang dan jasa tadi (Summer, 1980).

Hitt (1979), salah seorang pendukung pandangan Chandler juga menegaskan bahwa strategi bertalian dengan alokasi dan penggunaan sumber daya organisasi. Dengan demikian, dalam membuat keputusan sebagai bagian dari perencanaan stratejik, kita harus memberi tempat kepada faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal. 

Bryson (1988) sepakat bahwa strategi harus dikaitkan dengan lingkungan, mengingat fungsi dari strategi adalah membuat jembatan antara misi organisasi dan dunia lingkungannya. 

Bahkan strategi dapat dipikirkan sebagai suatu pola dari tujuan, kebijaksanaan, program, tindakan, keputusan, atau sumber daya yang menerangkan tentang organisasi itu, apa yang di buatnya, dan mengapa ia berbuat begitu.

  • Program Bertindak

Berbeda dengan Hitt dan Bryson, definisi dari Koontz (1976) yang didukung oleh Kreitner (1980), tidak mencantumkan lingkungan sebagai elemen penting. Ia melihat strategi sebagai program bertindak dengan tekad memanfaatkan sumber daya sebaik-baiknya untuk mencapai misi utama organisasi. 

Tampaknya pandangan Koontz ini searah dengan Chandler. Namun, Kreitner kemudian melihat kelemahan definisi itu sehingga merasa perlu untuk pertama tama memberi perhatian pada "dunia luar" dari organisasi, yaitu lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan teknologi. 

Adapun Mc Nichols (1977), lebih cenderung untuk kembali mengacu pada definisi strategi dalam Webster's New International Dictionary sebagai berikut, Strategy is the science and art of employing armed strength of a belligerent to secure the objects of a war. More restricted, the science and art of a military command, exercised to meet the enemy under advantageous conditions.

Definisi ini lebih mengarah pada penggunaan strategi dalam kalangan militer sebagaimana dipakai pada masa Yunani Kuno.

  • Formulasi Strategi, Arus Keputusan

Pandangan-pandangan tentang berbagai definisi strategi yang telah dikemukakan belum dapat memuaskan beberapa penulis lain. Setelah menelaah beberapa rumusan tentang strategi, Saunders memberikan peringatan kepada para penulis dalam bidang "business policy" agar memasukkan dalam rumusan mereka "proses formulasi strategi" (Saunders, 1973). 

Peringatan ini lima tahun kemudian diulangi Mintzberg dan disusul oleh Mazzolini (1980). Imbauan Saunders didasarkan pada fakta bahwa kebanyakan literatur dipenuhi dengan diskusi tentang definisi strategi, komponen komponen strategi, perlunya memiliki strategi, dan metode evaluasi strategi.

tetapi melupakan proses perumusan strategi. Kalau demikian, apakah ada sumbangan dari Saunders? la tidak memberi definisi. Ia hanya mengusulkan agar konsep konsep dan hasil-hasil penelitian tentang perumusan strategi dimasukkan dalam kurikulum.

Mintzberg (1978) cenderung mengecam bahwa kebanyakan penulis memberlakukan strategi sebagai suatu "rencana," seperti definisi Chandler yang telah dikemuka kan. Ia memperingatkan bahwa suatu strategi bukanlah rencana yang sudah pasti. Perhatian harus diberikan pada perumusan strategi. 

Jadi strategi, katanya, "adalah suatu pola dalam suatu arus keputusan-keputusan yang penting." Walaupun definisi ini singkat, dianggapnya amat penting karena definisi itu dapat mengoperasionalisasikan konsep strategi ke dalam (1) kronologi keputusan dan peristiwa, (2) analisis pembuatan strategi. 

Jelas bahwa Mintzberg cenderung menyetujui ide strategi dari Thompson (1967), yaitu yang menegaskan bahwa strategi adalah suatu pola dari arus keputusan yang sedang berlangsung, yang diarahkan pada penyesuaian dan pengaitan sumber daya organisasi dengan peluang dan kendala lingkungan.

Konsep formulasi strategi dipandang oleh Cope (1981) sebagai sangat penting bagi organisasi nonprofit seperti universitas, karena di dalamnya terdapat tiga kelompok variabel yang selalu perlu diperhatikan dalam penelitian, yaitu (1) kondisi lingkungan, (2) ahli strategi sebagai pengambil keputusan, dan (3) universitas sebagai organisasi.

  • Deceptive Device

Mc Nichols (1977) melihat bahwa strategi merupakan deceptive device (alat yang paling berbahaya dan riskan). Jikalau "strategi" dibawa ke dalam dunia usaha maka ia akan berarti suatu ilmu dan seni dalam menggunakan keterampilan dan sumber daya dari perusahaan untuk mencapai sasarannya dalam kondisi yang paling menguntungkan. 

Dalam situasi demikian keputusan-keputusan khusus harus didesain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif di pasaran. Situasi kompetitif itu sangat riskan karena bisa membawa bencana atau kerugian besar sungguhpun ada juga kemungkinan membawa untung besar. Hal ini akan banyak bergantung pada keberanian mengambil langkah-langkah stratejik.

Definisi menurut Mc Nichols ini tampaknya lebih jelas dibanding dengan lainnya. Ia mencakup empat atribut penting dari suatu organisasi keterampilan, sumber daya, sasaran, dan lingkungan. 

Walaupun begitu, ia mengakui adanya perbedaan antara ia dan Andrew serta Chandler Definisi kedua penulis terakhir ini justru memberi tempat khusus kepada tiga unsur pokok, yaitu (1) formulasi dari sasaran jangka panjang, (2) pemilihan tindakan, (3) alokasi sumber daya.

  • Pemimpin

Adalah menarik untuk melihat perumusan strategy dari Vancil yang sesungguhnya diangkat dari alam pikiran Andrew dan Chandler, tetapi berhasil memperkenalkan unsur baru, yaitu "pemimpin." la menegaskan bahwa strategi suatu organisasi adalah konseptualisasi yang diekspresikan oleh pemimpin organisasi itu tentang (1) sasaran jangka panjang dari organisasinya; (2) kebijaksanaan dan kendala, baik yang dicetuskan sendiri oleh pemimpin itu maupun yang diperintahkan oleh atasannya yang justru merintangi kegiatan organisasi; dan (3) seperangkat rencana yang sedang berjalan mengenai tujuan jangka pendek yang dipandang layak memberikan kontribusi bagi pencapaian sasaran organisasi (Vancil, 1976).

Di sini, peranan pemimpin sebagai pembuat keputusan adalah penting karena hanya merekalah sesungguhnya yang akhirnya menetapkan sasaran organisasi, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. 

Berkaitan dengan pembuat strategi itu, pada umumnya para ahli manajemen stratejik sependapat bahwa strategi dibuat oleh pejabat tingkat tertinggi dalam organisasi. Mereka melihat strategi itu sebagai seperangkat keputusan penting yang diangkat dari suatu proses pengambilan keputusan yang sistematis, yang dibuat pada tingkat tertinggi dari suatu organisasi.

Sebegitu jauh konsep strategi telah membicarakan banyak unsur penting. Guth melihat bahwa telah terasa adanya perkembangan yang menggembirakan mengenai konsep dan Logan, serta Guth sendiri telah mempunyai kesepakatan strategi. 

Ia menunjuk bahwa Ansoff, Katz, Learned, Newman bahwa formulasi strategi mencakup beberapa hal pokok, antara lain (1) prakiraan mengenai kondisi lingkungan serta identifikasi ancaman dan peluang, (2) perhitungan mengenai kekuatan dan kelemahan organisasi dalam wilayah pemasaran produk tertentu, (3) identifikasi tujuan, sasaran serta nilai-nilai organisasi yang hendak dicapai, (4) syarat syarat untuk memilih suatu strategi tertentu yang dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif (Guth, 1976). 

Tetapi, Guth mengakui bahwa di antara mereka tetap ada perbedaaan, terutama terletak pada tingkat ketepatan analitik masing-masing penulis.

Dari uraian di atas terlihat betapa pentingnya faktor lingkungan itu harus diperhitungkan dalam mempersiapkan strategi. Ini ditegaskan juga oleh Friedrickson (1983), bahwa strategi dari suatu organisasi hendaknya memberi gambaran sampai sejauh mana lingkungan eksternal sebanding atau sejalan dengan struktur dan proses internal. 

Dalam rumusan yang singkat, Fahey (1981) melukiskan strategi sebagai karakteristik yang paling mendasar dari kecocokan apa yang dicapai organisasi dengan lingkungannya.

Referensi

Bryson, John M. 1988. Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations. San Francisco: Jossey-Bass, 1988.


Fahey, Liam. 1981. "On Staregic Management Decision Process," Strategic Management Journal 2 (1981): 43-60.


Friedrickson, James, W. 1983. Rationality in Strategic Decision Prosess," Academy of Management Proceedings 83 (1983): 17-21.


Guth, William, D. 1976. Toward a Social System Theory of Corporate Strategy. Journal of Business 49 (July 1976): 375-88.


Hatten, dkk., 1988. Effective Strategic Management. Englewood Cliffs: Prentice Hall, 1988.


Hitt, Michael A., dkk. 1979. Effective Management. New York: West Publishing  Company, 1979.


Matloff, Maurice. 1967. "Strategy." Encyclopedia Britannica. Vol 21. 


Marrus, Stephanie K. 1984. Building the strategic plan: find, analyze, andpresent the right information. Wiley. USA.


McNichols, Thomas J. 1977. Executive Policy and Strategic Planning. New York: McGraw-Hill, 1977.


Mintzberg, Henry. "Patterns in Strategy Formation." Management Science 24 (May 1978): 934-48.


Ohmae, Kenichi. 1982. The Mind Strategist. New York: McGraw-Hill, 1982.


Quinn, Robert E., CS., 1990, Becoming A Master Manager, A Competency Framework, New York: John Wiley & Sons. 


Salusu, J. 2008. Pengambilan Keputusan Stratejik: Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Cetakan Kesepuluh. PT. Gramedia, Jakarta.


Summer, Charles E. 1980. Strategic Behavior in Business and Government. Government. Boston: Little, Brown, 1980.


Steiss, Alan Walter. 1985. Strategic Manajement and Organizational Decisison Making. Lexington: Lexington Books, 1985.

Vancil, Richard F. 1976. "Strategi Formulation in Complex Organization." Sloan Management Review 17 (Winter, 1976): 1-18.


Mau donasi lewat mana?

Paypal
Bank BNI - An.siti fatimang / Rek - 1860003927932
Jika artikel ini cukup bermanfaat! Mungkin anda bisa bantu saya untuk terus berkembang dengan cara memberikan donasi. Klik icon panah di atas
Seorang penulis lepas manajemen sumber daya manusia, yang fokus tentang kajian human relationship.

Post a Comment

Created by
DMCA.com for Blogger blogs

© ‧ Manajemen Pedia. All rights reserved. Made with ♥ by Jago Desain